Pages

Selasa, September 01, 2015

Saat Buruh Harus Bijak Atur Keuangan, jangan Jatuh Di Pinjaman Rente 20%



                                 Uang bisa dikelola dengan bijak, percayalah(dokpri)

           Buruh, pekerja ataupun karyawan adalah sebutan secara definisi adalah seseorang yang bekerja di sebuah organisasi dan sebagai kompensasinya ia mendapatkan penghasilan sebulan sekali, besar penghasilan dari buruh ataupun pekerja alias karyawan ditentukan dan dibatasi dengan aturan dalam perusahaan.
Tahun
UMR / UMP
Kenaikan
UMR / UMP dlm US$[3]
Sumber
1979
Rp525/hari
?
$0,84/hari
1980
Rp600/hari
?
$0,96/hari
1991
Rp18,200
?
$9,33
1992
Rp20,330
11.7%
$10,02
1993
Rp23,930
17.7%
$11,47
1994
Rp31,290
30.8%
$14,48
1995
Rp36,820
17.7%
$16,37
1996
Rp40,740
10.6%
$17,35
1997
Rp135,353
232.2%
$48,81
1998
Rp153,971
13.8%
$16
1999
Rp179,528
16.6%
$23,05
2000
Rp213,700
19.0%
$25,57
2001
Rp286,100
33.9%
$28,04
2002
Rp362,700
26.8%
$39,06
2003
Rp414,500
14.3%
$48,31
(Tabel UMK dalam beberapa tahun terakhir:Sumber Wikipedia)


Dan biasanya upah buruh mengacu kepada Upah Minimum Kabupaten atau pun Upah Minimum Provinsi, dari sini lah sebenarnya pengelolaan keluarga berasal, dari gaji bulanan yang di terima, mampukah kaum buruh mencukupi kebutuhan sehari hari, mulai dari sandang dan juga pangan, sejujurnya dalam pengaturan keuangan bagi kaum buruh diperlukan sebuah kebijakan yang harus teliti karena dengan gaji yang sudah terpola setiap bulannya, di sana lah kejelian pengelolaan keuangan.
Alih alih bisa melakukan investasi dari gaji yang di dapat, malah seringnya terbetik kabar bahwa kaum buruh harus menanggung belitan pinjaman berbunga, ini tentu saja akan membahayakan keuangan kaum buruh, perlu perenungan bahwa untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup, akhirnya jalan terjal pun di tempuh yaitu dengan meminjam uang, dan apesnya pilihan meminjam uang dengan sistem rente pun seolah menjadi menu harian yang harus di lakoni kaum buruh, dan ini banyak terjadi di seputaran kita, padahal sejujurnya pun  kaum buruh tak menginginkan mengalami banyak hutang, apa lagi hutang yang di tambahi dengan bunga, memang sih kalau nerimanya enak tapi pas harus bayar terasa eneg di dada hehe.

Mewaspadai Sydrom Tanggal Muda

Pernah melihat antrian di kassa mengular? Sering jengkel melihat banyaknya belanjaan yang terkadang kurang terasa manfaatnya? Kalau ia mungkin sekali sydrom tanggal muda menjangkiti, biasanya di awal bulan saat para pekerja atau buruh menerima gaji bulanan, maka bersiap pula untuk bertemu dengan antrian panjang di toko swalayan, hyper market ataupun sebutan lainnya yang merujuk dengan tempat perbelanjaan.
Apalagi para pasangan suami isteri yang hidup di era millenium di mana akses untuk mengunjungi pusat pusat perbelanjaan semakin mudah, menjamurnya pusat perbelanjaan semakin banyak di kota kota berbasis industri, memungkinkan pengelolaan keuangan keluarga harus lebih cermat, di saat tanggal muda inilah sebenarnya ujian bagi keluarga untuk mengelola keuangan, alih alih bisa berhemat, karena mengikuti nafsu di pusat perbelanjaan, yang tadinya tidak ingin membeli barang yang di maksud, malah jadi membeli karena iming iming diskon, ataupun memang dalam kondisi merasa banyak uang di tanggal muda, akhirnya pilihan membeli barang pun terjadi, sedangkan sebenarnya barang yang di beli bukanlah kebutuhan utama.
Langkah cerdas di awal bulan adalah menyiapkan pos pos anggaran yang memang harus benar benar di keluarkan, seperti cicilan kepemilikan rumah, iuran bulanan listrik, biaya sekolah anak dan prioritas utama, acap kali bila kita abaikan saat membayar untuk kepentingan utama, dan malah jor joran dalam pengeluaran yang tak perlu, bisa di tebak akhirnya di tengah bulan, uang ataupun cadangan penghasilan pun akan tergerus, dan dari titik inilah akhirnya terbuka peluang untuk mencoba menghitung hitung bisa kah meminjam? Dari sini sebenarnya awal petaka, dan lubang yang di gali seakan lebih dalam bila kita tergantung dengan sebuah pinjaman, apa lagi pinjaman dengan tambahan bunga yan tentu saja akan memberatkan bila membayarnya kelak. Di tanggal muda inilah sebenarnya harus bisa melewati ujian yang sesungguhnya, lebih baik memang merencanakan keuangan secara bijak karena jika kita sudah bisa mengukur apa yangseharusnya kita beli di awal bulan, niscaya saat menghadapi tengah bulan maupun tanggal tua akan bisa di lewati, otomatis peluang untung meminjam dengan bunga rente pun bisa di hindari oleh pekerja atau buruh.

Mengatur CASHFLOW Bukan Hal Tabu Bagi Buruh, Pasti Bisa!

Menghadapi ekonomi yang kian sulit, di perparah dengan jatuhnya mata uang rupiah terhadap dolar, harga yang tak menentu, masih ingat bukan tentang mogoknya pedagang daging beberapa waktu lalu, dan juga di ikuti hal yang sama oleh pedagang ayam potong, di sebuah titik ketika harga harga meroket naik, maka dipastikan buruh atau pekerja dan tentu saja keluarganya pun terkena imbas, dengan gaji yang sama di setiap bulannya, namun fluktuatif harga seperti berakrobat tiap hari, di sini kau pekerja yang memang di gaji rutin tiap bulan, pastinya harus mengelola cashflow secara elegant, casflow adalah arus keluar masuk uang dari penghasilan yang kita dapatkan, mungkinkah buruh dapat mengatur itu? Ya pasti bisa lah, menurut praktisi pengelolaan keuangan yang sudah banyak memberikan seminar maupun materi materi cara pengelolaan keuangan yaitu Bapak Safir Senduk, ada 3 cara cashflow yang bisa kita kelola. Pertama yaitu memiliki investasi sebanyak mungkin, kedua siapkan dana untuk masa depan dan yang ketiga ialah atur pengeluaran.
Yang menurut saya menarik adalah langkah pertama yakni memiliki investasi sebanyak mungkin, ini jadi sangat menarik karena ada pertanyaan lanjutn yaitu, bisakah buruh memiliki investasi sebanyak mungkin, bila di tanya kepada orang orang yang pesimis tentu gelengan kepala sebagai jawaban, kayaknya musykil seorang buruh mampu mengembangkan investasi, ternyata untuk berinvestasi bukan melulu klaim orang yang kaya raya, buruh pun bisa berinvestasi, sebuah kasus tentang investasi adalah saat seorang teman yang memiliki istri dengan hobi membeli emas, tak dinyana, logam mulia jenis emas tersebut memiliki nilai investasi yang mumpuni, saat harga emas mulai naik, ia pun melepas perhiasannya dan dari selisih harga saat ia membeli dan menjual kembali emasnya ada keuntungan yang lumayan, akhirnya istri teman saya itu pun semakin yakin bahwa investasi dalam bentuk emas perhiasan membawa hasil juga.
Yang kedua yakni dengan mempersiapkan dana untuk masa depan, strategi cashflow ini tentu berjangka panjang, masa depan bukanlah di awang awang yang tak terjangkau, masa depan adalah keniscayaan, dan mulailah dari sekarang merancang pos pos pengeluaran untuk biaya di masa depan, mungkin untuk saat ini biaya biaya untuk masa depan tentunya seakan memberatkan, namun masa depan akan menjadi jauh lebih manis bila di nikmati nanti setelah di saat ini kita bersusah payah untuk merancangnya, yakinlah bahwa masa depan akan jauh lebih membahagiakan di banding kita tak merancang sama sekali tentang dana untuk masa depan.
Dan yang ketiga adalah atur pengeluaran, dengan mengatur pengeluaran, bukan berarti kita terlalu ketat ya mengatur pengeluaran, sehingga hidup terasa berat untuk di jalani, dengan memahami pengaturan keuangan secara benar, maka ada banyak manfaat, setidaknya pengaturan pengeluaran bisa dikendalikan, maka dipastikan bahwa hidup akan jauh lebih menyenangkan, kita pun bisa mengatur dengan bijak bagaimana mengeluarkan pengeluaran secara efektif, dan bila ini bisa di lakukan maka untuk meminjam uang secara rente dengan bunga yang mencekik pun bisa di hindari sedini mungkin, ayo buruh kamu bisa!

Sudah Saatnya Buruh Terbebas Dari Jerat Rentenir

Perencanaan keuangan di setiap keluarga pastilah berbeda beda, namun muara dari sebuah perencanaan keuangan adalah menikmati indahnya hidup dengan tidak di ribeti hal hal yang malah membebani keuangan keluarga, sudah saatnya buruh pun mulai menata keuangan dengan cara cara yang lebih bijak dan cerdas, ada kalanya memang dengan segala keterbatasan dari gaji yang di miliki, malah di jadikan alasan pembenaran untuk meminjam, dalam jenis apapun sebenarnya meminjam bukanlah hal yang kita inginkan, namun bila benar mengelola keuangan, mungkin saja hal yang bernama meminjam bisa di minimalisir atau benar benar jangan sampai meminjam sama sekali, itu jauh lebih baik.
Jangan terlalu memaksa untuk membeli barang yang sebenarnya tidak kita perlukan, apa lagi hidup di lingkungan seperti perumahan yang notabene rumahnya relatif berdekatan, biasanya warga yang hidup di satu komplek perumahan, akan lebih tahu dengan keadaan tetangganya, misalnya tetangga A membeli kulkas, ada sebersit keinginan yang sama untuk segera membeli kulkas, kata orang orang mah yaitu memiliki sifat ‘panasan’ justru sifat ini bisa membuat perencanaan keuangan berantakan, gegara sifat yang memang susah di hilangkan, pengennya menyamai apa yang di capai tetangga meski memang sebenarnya keadaan keuangan tidak memungkinkan, dan akhirnya tergoda untuk meminjam uang meski uang tersebut adalah uang dengan resiko yang tinggi dengan tambahan bunga, jika kita tidak mengatur perencanaan maka di pastikan gelombang ke pailitan akan membayang.
Merdeka dalam pengelolaan keuangan, merdeka dalam hal pinjaman, hindari dan terus hindari meminjam dengan cara rente, semoga jutaan buruh yang ada di Indonesia tetap bijak untuk mengelola keuangan, dan di antara ribuan buruh di Indonesia telah banyak menjadi korban dari pinjaman berbunga, semoga saja dengan sebuah perencanaan yang matang, mampu menghindarkan buruh dari sebuah jerat bernama jerat rente, semoga kita bisa melakukan itu wahai kaum buruh di Indonesia, semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar